Mengenai Saya

Foto saya
Deposuit potentes de sede et exaltavit humiles

Search Here

Loading

Like To Read Books?

Minggu, 15 April 2012

One Day Visit-Tanjung Papuma

Kali ini saya ingin memposting pengalaman saya berwisata ke Tanjung Papuma. Yah, meskipun sudah agak lama sebelum saya memposting tulisan ini.

Anda pastinya sudah sering mendengar nama pantai Tanjung Papuma. Hmm, pantai yang terletak di kab. Jember ini tidak diragukan lagi keindahannya.

Cerita bermula saat saya dan dua kawan saya mengalami 'kebuntuan' (stres berat). Waktu menunjukkan pukul 22.00 waktu gadung (surabaya). Suasana yang semula hening berubah menjadi ricuh saat salah seorang teman diketahui sedang dalam perjalanan menuju Tanjung Papuma bersama teman kampusnya. Kami bertiga yang merasakan tekanan berat akibat perkuliahan selama satu minggu penuh pun tak dapat menyembunyikan hasrat ingin berwisata, sekedar menghilangkan kejenuhan. Usut punya usut kami bertiga memutuskan untuk menyusul kawan kami yang telah berangkat terlebih dahulu menuju Tanjung Papuma.

Dengan menggaet dek Nopan sebagai penggenap rombongan, Alan, Lukman, dan saya pun berangkat menuju Jember pukul 01.00 start dari kawasan rungkut (belakang kampus ubaya). Dengan persiapan sebagai berikut: bensin full, rokok full, plus mata melek akibat minuman 'gak setengah-setengah'. Kami berangkat melalui rute sidoarjo-porong-gempol-pasuruan-probolinggo-lumajang-jember semua terlewati bukan tanpa masalah :sedih. Setelah melintas kawasan porong, terjadi macet besar-besaran sepanjang lebih 5km+ban bocor. Bebas dari macet, perjalanan santai berlanjut sampai kami memasuki kawasan hutan perbatasan probolinggo-lumajang-jember. Sial ditambah kondisi jalanan yang gelap dan aspal berlubang pelg motor pun jadi korban keganasan lubang jalanan. Dikarenakan waktu yang telah menunjukkan pukul 03.30, kami tak menemukan satu bengkel pun yang masih beroperasi. Motor jalan terus. Membelah hutan dengan pelg yang tidak sempurna.

Pukul 05.00 sampai di Jember. Perjalanan masih diteruskan. Pukul 08.00 sampai di salah satu desa sebelum Pantai Tanjung Papuma. Ngetem dulu bro, ngopi sambil liat sawah. Dek Nopan tidur. Pukul 09.00 lanjut menuju Tanjung Papuma. Lewat hutan lagi -_-'
Wuah, akhirnya sampai di Tanjung Papuma. Langsung parkir, foto-foto deh :D
nih sebagian foto dari hape jelekku:
Lukman si Gajah Air
Alan 'Bisma' Sm*sh

Persahabatan Bagai Kepompong

Neng, cintaku gak kaya' karang ini, lama2 abis digerus ombak. Cintaku gak bakal abis digerus waktu :')

Nah, itu sebagian foto dari kunjungan kami ke Tanjung Papuma. Buat anda yang hobi wisata ke pantai gak ada salahnya berkunjung ke Tanjung Papuma.
Nice trip we have here. Tapi Pulangnya benerin pelg dulu sampe sore :'(

Nih, tambahan penampakannya dek Nopan yang imut-imut:

Kamis, 16 Juni 2011

Jangan Sebut Diri Anda Anti-Politik

Foto: traktorpakkordi.blogspot.com
Seringkali ketika browsing saya temukan orang-orang mengatakan mereka anti-politik, tidak mau berpolitik, atau apapun yang intinya kurang lebih sama. Saya jadi heran, apa benar mereka ini anti terhadap yang namanya 'politik'? Karena jika memang benar begitu adanya, saya yakin mereka bukanlah (maaf) manusia normal. Mengapa saya berani mengatakan demikian? Berikut penjelasan saya.

-Manusia harus memenuhi tugasnya sebagai manusia (multatulli)
Ya, saat masa kolonial dahulu, multatulli mengatakan melalui buku-bukunya bahwa tugas manusia adalah menjadi manusia. Lalu hal seperti apa yang dikatakan menjadi manusia itu? Kita kembalikan kepada kebutuhan hidup manusia. Saya percaya anda tahu bahwa kita tidak bisa hidup dengan makanan dan minuman saja. Tetapi ada hal lain yang kita butuhkan untuk dapat hidup layak sebagai manusia, yaitu kehidupan spiritual dan sosial. Kita fokuskan pada kehidupan sosial manusia. Sudah dikatakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri-makhluk sosial. Terlepas dari berbagai karakter manusia, artinya manusia membutuhkan manusia lain untuk dapat bertahan hidup. Ketika kita membutuhkan manusia lain akan muncul suatu ikatan yang mengikat manusia satu sama lain. Dan ketika dua atau lebih manusia saling terikat maka sesungguhnya kita telah berorganisasi. Kita telah membagi-bagi tugas secara tidak langsung. Contoh kecil adalah keluarga, ayah,ibu dan anak masing-masing mempunyai tanggung jawabnya sendiri yang kemudian digabungkan untuk mencapai satu tujuan: keluarga bahagia. Itulah fungsi manusia yang masih dalam tahap sangat sederhana. Saya tekankan masih sangat sederhana.

Ketika manusia sudah berorganisasi maka mereka mempunyai satu tujuan bersama yang harus dicapai. Nah, di sinilah kita berpolitik. Politik sendiri dapat diartikan sebagai bentuk usaha untuk mencapai sesuatu. Dalam skala yang lebih besar lagi, untuk mencapai kekuasaan. Jadi secara tidak sadar, kita sudah berpolitik. Jauh sebelum anda tahu apa itu politik. Namun yang perlu diperhatikan adalah sampai sejauh mana kita dapat berpolitik. Jawabannya mudah sejauh hati nurani kita sendiri. Karena politik sendiri tidak mengenal batas, dan ini yang asih sering dilakukan para petinggi negeri ini (suap, korupsi, dll)

Lalu bagaimana tanggapan anda, masih anti-politik?

Video dan Syair Sajak Sebatang Lisong - WS. Rendra




Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.

Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.
Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.
Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.
Kepadamu aku bertanya

19 Agustus 1977
ITB Bandung

Dipersembahkan kepada para mahasiswa Institut Teknologi Bandung, dan dibacakan di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”, yang disutradarai oleh Sumandjaya. Berikut Puisi-puisi Rendra.

Entri Populer